[ Home ] - [ Posting ] - [ Comment ]
My Diary                                                                          
Thursday, July 19, 2007
"Saya Ingin Sekolah Lagi..."


Tiap tahun, mendekati bulan Juni-Juli, aneka spanduk dan poster pengumuman penerimaan siswa baru bertebaran di mana-mana. Bahkan beberapa bulan sebelumnya, spanduk-spanduk tersebut sudah bisa dengan mudah ditemui di sejumlah ruas jalan mapun persimpangan. Pengumuman serupa juga telah bisa ditemui terpampang di media cetak seperti koran dan majalah. Bagi banyak orangtua, mereka juga telah lama mempersiapkan diri terutama uang demi kelanjutan pendidikan anak-anaknya tercinta. Jika tidak memasukkan anak-anaknya ke sekolah, maka mereka harus bersiap untuk melunasi biaya daftar ulang yang juga tidak sedikit. Bahkan banyak dari mereka yang juga telah mempersiapkan anak-anaknya dengan sepatu baru, buku baru, seragam baru, dan sebagainya. Semuanya memiliki harapan dan cita-cita agar masa depan anaknya bisa lebih baik ketimbang mereka sendiri. Dan hanya lewat pendidikan yang baik, semuanya itu diharapkan bisa tercapai. Namun semua itu tidak berlaku bagi Feni. Bagi gadis berkerudung yang baru menginjak usia 17 tahun Februari lalu, kehidupan seakan telah berhenti. Dunia yang begitu luas bagi teman-teman sebayanya, untuk dirinya hanya sebatas dinding rumah yang ditumpanginya karena belas kasihan orang lain. Cakrawala yang begitu lapang bagi dirinya hanya sebatas atap rumah yang sering bocor tak mampu menampung curahan air hujan. Jangankan untuk bercita-cita mau jadi apa kelak, untuk makan apa besok pun Feni tidak tahu. Kemarin, hari ini, dan esok, baginya sama saja. Rumah menjadi satu-satunya tempat yang paling aman. Walau demikian, Feni tidak mampu untuk membohongi dirinya bahwa dia masih menyimpan secercah asa untuk kembali bersekolah, walau hanya sedikit, dan kian lama cahayanya kian pudar. Dan jika sudah demikian, Feni hanya bisa menangis dalam kesendiriannya.

Setahun sudah gadis berkulit putih ini tidak bersekolah lagi. Masih jelas terbayang dalam benaknya, ketika menerima raport kenaikan ke kelas tiga SMA setahun lalu, walau dirinya dinyatakan naik kelas, namun bukan kebahagiaan yang dirasakan. Kedua orangtuanya telah angkat tangan, tidak sanggup lagi membiayai sekolahnya. Di tengah derai tawa kawan-kawannya, Feni meninggalkan gedung sekolah dengan menahan isak tangis. Walau gadis ini tahu kedua orangtuanya tidak mampu, dia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan mengalami nasib seperti ini. Segala harapan dan angan-angannya terbang sudah. Tiada lagi keceriaan dan keindahan masa remaja. Segalanya telah berubah menjadi awan hitam yang mengepungnya tiap hari.

Ujian Dari Allah SWT
Sang bunda bukannya tidak tahu apa yang tengah dirasakan anaknya. Ibu yang selalu berkerudung ini juga hanya bisa terdiam dan pasrah dengan segala apa yang menimpanya. “Mungkin ini sudah nasib saya. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi…, ” ujar Bu Nasroh (38) saat ditemui Eramuslim.Com. Sang ayah, Pak Hendra (55), bisa dibilang tidak memiliki penghasilan tetap. Di usianya yang telah beranjak tua dan rambut yang sudah banyak dihiasi warna putih, Pak Hendra sekarang hanya diperbantukan menyupir oleh salah seorang kenalannya. Dibayarnya harian, paling banyak limapuluh ribu perhari, itu pun limabelas ribunya habis untuk transport. Tapi tidak setiap hari dia dapat. Ya uang yang sudah sedikit itu harus kami gunakan seirit mungkin, ” ujar Bu Nasroh.

Di tengah segala kekurangan, selain menanggung kedua anaknya—Intan (19) dan Femi (17), Pak Hendra dan Bu Nasroh masih harus menanggung hidup Fikri (4) dan kakak perempuan Pak Hendra yang sudah renta. Fikri sendiri bukan anak kandung mereka, hanya saja mereka sudah mengasuh Fikri sejak anak itu belum bisa berjalan. “Orangtuanya entah ke mana, padahal masih kerabat kami, ” ujar Bu Nasroh seraya menyatakan Fikri sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Saya Ingin Sekolah Lagi
Fikri pula satu-satunya hiburan bagi Feni. Setahun putus sekolah dan hanya berdiam diri di rumah, gadis ini mengaku dekat sekali dengan Fikri. Namun tanpa setahu siapa pun, lewat tirai jendela yang tipis, Feni sering memandangi kawan-kawan sebayanya berseragam putih abu-abu pergi ke sekolah di pagi hari. Di saat siang atau menjelang petang, ketika kawan-kawannya kembali ke rumah, Femi kembali melongokkan kepalanya di jendela hanya untuk memandangi seragam putih abu-abu yang kini terasa begitu mewah bagi dirinya. “Femi sebenarnya anak yang periang, tapi setahun belakangan, sejak ia tidak sekolah lagi, dia menjadi anak yang pemalu. Dia tidak mau lagi bermain dengan anak-anak sebayanya dan seharian mengurung diri di dalam rumah, ” ujar Bu Nasroh yang mengaku sebenarnya ingin sekali meneruskan sekolah anak bungsunya ini. "Tapi ya, apa daya, saya dan suami tidak bia berbuat apa-apa lagi. Untuk mencari sesuap nasi saja kami sulitnya bukan main..., " tambahnya. Kepada Eramuslim.Com, dengan malu-malu Feni mengakui bahwa dirinya sangat ingin kembali ke bangku sekolah. “Saya tinggal menyelesaikan kelas III SMA, ” kata Feni pelan. Menurutnya, jika sudah mengantungi ijazah SMA, dirinya akan sekuat tenaga mencari kerja. "Saya ingin meringankan beban keluaga saya, " ujar Feni masih dengan suara yang pelan. Biaya untuk meneruskan sekolah di tingkat SMAbagi banyak orang bukanlah hal yang sulit, namun tidak demikian bagi keluarga ini. Untuk bisa menyekolahkan Feni yang tinggal satu tahun lagi, hal itu sudahmerupakan persoalan yang amat musykil.

“Belum lagi biaya untuk membeli buku-buku, seragam sekolah, sepatu, tas, transport, dan lain-lain… Kami terus terang tidak berani untuk membayangkannya sekali pun…, ” papar Bu Nasroh. Ketika ditanya apa yang ingin disampaikan kepada pembaca Eramuslim.Com, sambil terus menunduk, gadis ini berkata, “Ya, saya ingin bisa sekolah lagi. Itu saja. Mungkin ada yang bisa membantu kami…” Di hari-hari ini, ketika anak-anak sebayanya dengan riang gembira bercerita tentang masa depan, tentang buku pelajaran, tentang tugas-tugas sekolah, maka Feni hanya bisa berdiam diri di dalam rumah, bermain dengan Fikri dan membantu sang ibu tercinta dalam mengurus pekerjaan rumah. Sang kakak, Intan, setiap pagi dan sore mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di musholla dekat rumahnya. Dua bulan ke depan, pendaftaran murid baru sudah di buka di berbagai sekolah. Feni berharap, ada saudara-saudaranya sesama Muslim yang diberi kelonggaran rezeki, sudi untuk menjadi orangtua asuh dalam membiayai sekolahnya yang tinggal satu tahun lagi. Pembaca budiman, mudah-mudahan Allah SWT memberikan kita rezeki yang cukup, agar kita bisa bermurah hati dan ringan tangan guna menolong saudara-saudara kita yang masih banyak berada di dalam kekurangan. Masih adakah secercah asa untuk Feni? (Rz).

Posted By ndoweh
Monday, November 20, 2006
Davina Fathya Ramadhina

Alhamdulillahi robbil alamin. akhirnya buah cinta kami telah lahir pada tgl 05 Oktober 2006. cantik banget mirip bundanya. panggilannya davin. mudah-mudahan dia menjadi anak yang sholehah, berbakti pada kedua orang tuanya, agama, bangsa & negara. skrg davin lagi di madiun, insya allah bulan desember mo ke mlg nemuin akung & uti nya di dieng. pasti mereka kangen :). mudah-mudahan kami berdua bisa mendidik dia jadi yang terbaik, amien. benernya kangen posting di web ini, oh ya, sekalian kami mo ngucapin minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir bathin. makasih masih mo mampir ke website saya hanya untuk ngisi komentar. kalo ada waktu pasti saya akan jawab n posting kabar lainnya. saat ini saya pindah dinas di surabaya. pastinya kangen suasana malang :). oh ya, gimana yah kabar temen-temen malang? ya ampun kok jadi kangen gini ya. pdhl postingnya kan tentang davin hehehe gpp deh sekalian jg buat ajang kangen-kangenan coz waktu buat ke warnet dah gak ada. ni aja nyempetin mampir warnet ;p. yang jelas kondisi sby dgn malang kyknya beda jauh deh. banyakan sumpeknya. mulai dari macet, panas, orang-orangnya gak ada yg ramah sampe dgn tikus got. satu itu yg bikin 'gilo'. ampun deh pokoknya. hmmmpp, skrg mama n davin lg apa ya? maklum guys, kangen lagi hehehe. skrg saya lagi sibuk-sibuknya nyari gawean yg lain. pengennya sih yg deket dgn keluarga, di madiun/malang sama aja. tp kyknya cenderung ke malang. gmn nih kk junet en draon? kpn rencana nikahnya? ditunggu undangannya loh ya. wah, ternyata dah ada 'aliansi' baru lg ya disini. tp kok tetep aja seksi sibuknya si pendik? hehehehe... pa gak ada yg lain? hahahaha... ya ya salut deh. ntar insya allah dah dapat gawean di malang, pasti deh saya jg gabung. ok guys, sekian dulu aja ya. dah mo siap-siap pulang nih. sukses buat kita semua, keep on fight bro... wassalam. i love u mama, i love u davin...

note: buat mas ini... masa udah lebih dari 25 tahun hanya dipake utk kencing aja? hehehe...
Posted By ndoweh
ndoweh@

blog*spot
blog*spot
blog*spot
canEdit = new Array();
blog*spot
get rid of this ad | advertise here
ilang sayang